Ijinkan saya memulai tulisan ini dengan pertanyaan,
kenapa sih orang-orang tuh selalu berpikir bahwa liburan itu harus keluar rumah?
Jujur saya kesal dengan stigma itu.
Masalahnya, saya itu orangnya malas untuk keluar
rumah. Apalagi jalan-jalan ke tempat hiburan yang gak berguna sama sekali,
contohnya orang-orang yang liburan ke kawah gunung. Itu ngapain coba? Bahagia kagak,
keracunan blerang, iya.
Orang-orang itu belum sadar kali, ya, bahwa
rebahan di kasur itu adalah nikmat yang paling sulit didapatkan di dunia ini. Apalagi
kalau sebelum liburan kalian itu kerja atau sekolah.
Bayangkan, kan tubuh kita
itu lelah ya karena terus-menerus beraktivias. Takutnya ketika selesai liburan,
kita diopname karena tulang belakang udah kayak kue putri salju.
Bengkok-rapuh gitu.
***
Walapun, jujur, liburan juga bermanfaat untuk menghilangkan
stres yang ada pada batin kita. Cielah, gitu.
Tapi serius, buat orang yang jarang untuk tidak melakukan apa-apa, nggak
ngapa-ngapain itu susah, lho. Karena membosankan sekali gitu dari 24 jam di
hidup hanya dihabiskan untuk tidur-makan-tidur.
Hal itulah yang terjadi pada
diri saya pada hari libur panjang tahun ini. Bukan karena nggak punya uang tuk
bertamsya, uang ada(walaupun sedikit). Tapi karena bingung mau mengisi liburan dengan hal apa?
Apa?
Nonton film di Bioskop?
Hadeeeh, gini ya. Bagi saya, menonton film pada
musim libur seperti ini adalah sebuah kesalahan. Walaupun pada saat seperti ini,
banyak film bagus yang sedang tayang. Terus kenapa salah?
Oke, mari saya jabarkan
1. Harga
Bukan, bukan harga tiketnya. Tapi, harga hal-hal
yang menunjang pada saat menonton film itu. Bagi saya, tiket nonton film sih
murah. Apalagi, saya sering membeli tiket yang hitungannya
hemat-tapi-gak-hemat. Tiket yang saya maksud adalah tiket yang berkisar 30-50
ribu rupiah, tentu saja di Bioskop yang biasa saja, di Bioskop yang kursinya
seperti kursi Juru Tulis di Kantor Desa.
Hal itulah yang membuat saya jarang ke Bioskop,
apalagi jika dihitung-hitung 30-50 ribu adalah biaya yang saya keluarkan untuk
makan tiga hari. Pilihannya hanya dua, nonton film di Bioskop atau hampir mati
kelaparan karena gak makan tiga hari? Itu.
Oke, terus harga hal-hal yang menunjang pada saat menonton film itu apa? Ya, salah
satunya makanan untuk teman menonton. Di
Bioskop itu kan gila-gila, ya, harganya(Bagi saya). Popcorn aja bisa sampai
puluhan ribu. Enak? Tidak terlalu.
Apaan. Mending beli renginang.
2. Pengalaman
Ini sih yang jadi faktor utama kenapa saya
tidak suka menonton film di Bioskop pada musim libur seperti ini. Karena,
banyak sekali hal-hal yang membuat saya trauma, gitu.
Salah satunya, karena perilaku orang-orangnya
itu sendiri.
Pernah satu saat, saya menonton film, gitu. Saat
itu sore hari, jam-jamnya pulang kerja, lah. Saya duduk di dalam studio. Sialnya,
saya duduk di sebelah Bapak-bapak dan dia mengenakan jaket yang biasa dipakai
untuk mendaki gunung, dan jaketnya…. Bau.
Awalnya, saya bisa menahan diri. Tapi,
lama-kelamaan hidung saya mulai merintih-pedih. Tidak mau hidung saya
mengundurkan diri karena terlalu lama mencium bau busuk, akhirnya saya bilang
ke Si Bapak tersebut, ‘Pak, jaketnya boleh dilepas, gak?’
Si Bapak berbisik, ‘Gak bisa, Dek. Saya
kedinginan’
Saya menggerutu di dalam hati, ‘Cemen amat, Lu!’ .
Jujur, ingin sekali saya bilang padanya, ‘Enggak sekalian aja pak bakar api
unggun supaya anget!?’
***
Selain itu, saya juga pernah mengalami kejadian
yang membuat saya merasa canggung. Saat itu, saya menonton film bersama
teman-teman saya, dan kami memesan tiket dan yang pasti tempat duduknya
bersebelahan. Saat itu kami bertiga, seharusnya kami duduk di kursi E-9, E-10,
dan E,11. Saya meminta duduk di kursi E-9 , yang lain setuju.
Begitu kami masuk ke studio, tempat duduk yang
seharusnya saya tempati itu sudah diduduki oleh Ibu-ibu-Jilbab-Oren, saya
bilang, ’Bu, maaf. Itu tempat duduk saya’
Ibu-ibunya merasa tidak terima, lalu, dia
bilang, ‘Dih, ngaku-ngaku’
Terus saya bilang, ‘GABISA BACA, YA, BU?’
Terus dia menepuk paha lelaki-tua di
sebelahnya(yang sepertinya adalah suaminya), Si Lelaki-tua langsung membentak
saya.
Dia bilang, ‘ANAK SIAPA SIH KAMU?!’
Dia bilang, ‘ANAK SIAPA SIH KAMU?!’
Satu studio hening.
Syukurlah masalah itu bisa selesai sebelum film
dimulai, dan benar saja si Ibu yang salah tempat duduk, dia seharusnya duduk di
kursi E-7. Si Lelaki-tua di kursi E-8. Saya di kursi E-9.
Canggung sekali, Ya
Allah:(
***
Bukan hanya kejadian itu yang membuat saya
menjadi malas ke Bioskop, salah satunya terjadi beberapa bulan lalu, pada saat
saya menonton film Hereditary. Saat itu saya menonton bersama teman saya, Fajar
dan Ena. Kami menonton pada sore hari. Pada jam-jam sebelum magrib.
Film itu adalah salah satu film horror yang
saya suka. Walaupun jalan ceritanya sedikit sulit dimengerti, tapi atmosfer yang dibangun oleh sutradara
membuat saya kagum terhadap karyanya. Tapi sialnya, pada saat Kami menonton, pada
saat orang-orang di studio sedang fokus memerhatikan jalannya cerita, tiba-tiba
terdengera suara… adzan. Adzan magrib.
Saya langsung mencari sumber suara tersebut,
dan tahukah kalian darimana sumbernya?
Ternyata dari telepon genggam milik Ena. Teman saya. Dia duduk di samping saya. Kami
jadi pusat perhatian. Fajar, teman saya yang satu lagi langsung tiba-tiba tidak
kenal saya-dan-Ena.
Untung saja, saat itu, tidak ada yang meledek
kami dengan seruan, ‘YUK, AMBIL WUDHU, YUK’
atau, ‘ALHAMDULILLAH. ALLAHUMMA LAKASUMTU
WABIKA…..’
***
Hal, hal itulah yang membuat saya sedikit malas
dan takut ke Bioskop. Karena saya takut hal aneh terjadi pada diri saya lagi.
Kalau kalian? Suka menoton film di Bioskop atau tidak? Yuk ceritakan di kolom
komentar.
napa ada gambar rengginang ma kue salju vangke vangke
BalasHapusyodah mending download aja kalo gitu brooo
apa itu download?
Hapusyaaa terserah saya dong hadeeeeeh